Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

STRESSFUL HUSBAND!


                                                             https://bit.ly/3DoKlUy

Badai Corona telah baru berakhir. Dunia masih berbenah. Suamiku sama saja, malas bekerja bahkan sebelum pandemi corona. Tak punya motivasi sama sekali.

“Ayah, kata pak Naryo butuh pegawai buat menjaga kios tahu kres! Apa Ayah mau? Lumayan lho.” Saya berkata pada mas Isal untuk kesekian kalinya.

“Kripik usus yang kita kirim ke warung-warung mulai berkurang,” Curhatku lirih.

“Syukuri aja, Bu.” Kata mas Isal tenang, sambil tangannya tetap sibuk main game di smartphone.

“Kita harus mulai berpikir untuk usaha yang lain, Mas. Shandy sebentar lagi semakin butuh biaya. Dana untuk kuliah kan tidak murah.” Kataku gemas melihat sikapnya yang santai.

“Sudah jam 14.00 WIB, Bu. Tidak pergi kuliah?” Tanyanya lembut untuk meredakan emosiku yang mulai merangkak naik. Mas Isal adalah suami yang sabar. Hidup tanpa rencana dan ambisi apapun. Sebenarnya sangat cocok denganku yang selalu berpikiran maju.

                                                                 https://bit.ly/3RghBmp

Usiaku 40 tahun, sudah matang dan dewasa. Bagi perempuan seusiaku, mungkin lebih senang mengurus rumah, dan menikmati hidup yang sudah mapan. Ada pepatah mengatakan, jika umur sudah menginjak 40 tahun, maka sulit untuk berubah lagi. Stuck. Itu tidak berlaku untukku. Pada usia 37 tahun, aku kuliah, mengambil jurusan guru PAUD. Teman kuliah adalah anak-anak muda yang baru lulus SMA. Untuk memulai guru sukarelawan  di sebuah sekolah PAUD pada saat lulus nanti, tentu sangat terlambat. Hal itu memang bukan tujuanku. Aku tidak mau melamar kesana-sini.

Prinsipku, bangun, ciptakan, pelihara dan tingkatkan. Lembaga les-lesan untuk anak PAUD dan SD yang sudah kurintis sejak lama, akan kuperbaiki dengan ilmu yang kudapat dari bangku kuliah.

Sebagai perempuan dewasa, aku suka belajar dan mencoba hal baru. Segala hal yang berkaitan kegiatan kognitif, keterampilan, agama dan bisnis selalu menarik bagiku. Tidak ada hal yang membuatku takut, selama masih bisa dipelajari.

Saat aku masih kecil, sebelah mataku pernah terkena kayu saat berenang di sungai. Sehingga dengan satu mata palsu, aku tetap semangat belajar. Apakah hal itu berpengaruh padaku. Tentu cukup berpengaruh, tetapi aku menutupinya dengan sikapku yang suka berteman dan ceria.

Terkadang sikapku yang selalu mencoba hal baru ini berbenturan dengan sikap mas Isal yang pasif. Sebagai bungsu dari banyak saudara, mas Isal menanggung hidup ibu mertua yang mulai sakit-sakitan. Sikapnya yang sabar dan mengayomi sangat melindungi ibu mertuaku, Sebagai orang yang sudah sepuh, beliau ingin selalu ditemani. Sedang anak-anak yang lain selalu sibuk dengan hal lain.

Seharusnya aku tidak kaget lagi dengan pribadinya yang santai dan tanpa beban. Kuingat pertemuanku dulu, sebagai salesgirl sebuah produk balsam, aku terbiasa hidup mengetatkan belanja harian dengan jalan kaki. Saat tubuh lelah, aku duduk di emperan sebuah kios lumayan besar di dalam pasar. Itulah awal pertemuan kami. Sebagai pemilik kios, saat itu suamiku adalah pilihan terbaik bagi gadis melarat sepertiku.

Sebagai gadis berpikiran sederhana, aku tidak berpikir prospek masa depan. Akhirnya saat kelam itu tiba. Dagangan mas Isal semakin hari semakin menyusut. Sebagai bungsu berhati lembut yang tidak terbiasa mengelola keuangan dengan baik, mas Isal kesulitan mempertahankan kemajuan kios, sehingga tidak mampu bersaing dengan kios sejenis.

Sejak saat itulah, aku bangkit sebagai pencetus ide bisnis kecil-kecilan keluarga kami, mulai multi level marketing, menjual camilan untuk di antar ke sekolah-sekolah, hingga membuka kelas herbal thibun nabawi, serta mengajar les untuk anak-anak TK dan SD.

Suamiku cukup bahagia dengan menjadi tempat curhat saat batinku lelah dan galau. Aku selalu mendorongnya untuk maju bersamaku, akan tetapi senyuman manisnya menjadi jawaban yang tidak berubah dari waktu ke waktu.

“Sabar, Bu. Tunggu sampai ibu sehat, saya akan kerja lagi.” Jawabannya di suatu hari, saat kudesak untuk segera bekerja.

Bukannya mas Isal tidak membantuku, saat aku mencuci berkilo-kilo usus yang basah, menggoreng, dan mengemasnya. Kesabaran mas Isal terbukti saat harus mengantar ke kripik usus sekolah-sekolah. Begitupula mengantar jemputku kemanapun yang aku inginkan. Sampai saat ini, aku tidak mampu mengendarai sendiri sepeda motor. Sebenarnya alasan yang utama adalah agar mas Isal tetap merasa dibutuhkan. Tentu saja agar tetap menumbuhkan rasa tanggung jawabnya kepada istri. Aku tidak tahu, apakah ini alasan sebenarnya. Ataukah hanya karena aku iri dengan  sikap santainya, secara tidak sadar aku sering bertanya dalam hati.

“Seharusnya semua inisiatif itu dari suamiku, bukankah tugas seorang suami untuk menafkahi istri dan anaknya?” peran batinku selalu berkecamuk setiap saat.

Sampai Saat Itu Tiba...

Setelah ibu mertua meninggal, beberapa saat kemudian mas Isal jatuh sakit yang cukup parah. Komplikasi beberapa penyakit. Sebagai ibu rumah tangga yang kerja serabutan, sakitnya mas Isal membuat rumah tanggaku goyah. Beberapa saat, aku sempat berpaling hati ke seorang laki-laki temanku dalam sebuah multilevel marketing. Hal itu didasari keinginan untuk diayomi dan dinafkahi.

Saat mas Isal semakin parah, aku mulai berpikir. Apakah mas Isal akan berbuat yang sama seperti yang aku lakukan, bila aku sakit sepertinya? Aku yakin jawabannya adalah TIDAK!

Jika kita ikhlas dalam berusaha membahagiakan keluarga, Allah akan memudahkan dan menunjukkan jalan

Keluarga yang baik dimulai dengan cinta, dibangun dengan kasih serta kepercayaan dan dipelihara dengan kesetiaan.

           Saat itulah aku mengenal sebuah multilevel marketing herbal yang bernafas islami. Selain sebagi bisnis baru, juga untuk mengobati mas Isal. Dalam multilevel tersebut, aku dididik untuk sekaligus menjadi terapis pengobatan. Sudah menjadi motto hidupku untuk selalu sungguh-sungguh melakukan apa yang aku yakini benar. Seiring demi membaiknya kesehatan mas Isal, bisnisku semakin besar termasuk lembaga pendidikan yang kukelola.

           Sebagai Perempuan berumur lebih dari 40 tahun, tahun itu juga aku menjadi wisudawati tertua di angakatanku. Bahagia sekali. Kemujuranku semakin bertambah, saat aku mendapat hadiah perjalanan ke Malaysia. Siapa yang pernah menyangka, perempuan penjual camilan kripik usus mendapat liburan ke luar negeri, Tidak terbayangkan bukan? Itulah hidup. Berbuatlah yang terbaik, masalah hasil serahkan pada Allah SWT.

Hidup ini tidak mudah. Akan banyak onak dan duri yang menanti di hadapan kita. Jangan takut mencoba  hal yang baru, gapailah mimpimu. Ingatlah tak peduli kemana kamu pergi, keluarga tempat kamu kembali.

Keluarga adalah salah satu hal yang terpenting yang kita miliki, yang tak akan pernah berubah dan selalu ada ketika dibutuhkan. Suamiku memang bukan suami ideal, tetapi mungkin dengan keterbatasannya, menjadikanku lebih kuat dan kreatif. Rezeki Allah bisa melalui tangan suami ataupun istri. Pada kasus keluargaku, Allah mempercayakan pintu rezeki terbuka lewat usahaku. Namun tak lupa, mas Isal kuberikan kepercayaan melakukan berbagai hal untuyk membantu. Agar kepercayaan dirinya tidak hilang.

Sekarang kututup mata dan telinga, terhadap sifat iri melihat kesuksesan suami tetangga. Istri menunggu suami di rumah. Mereka memasak, membersihkan rumah atau mengobrol dengan tetangga. Terasa nikmat bila dipandang. Tiada tanggung jawab berat memutar roda ekonomi. Aku bersyukur, bahwa Allah telah memberikanku mas Isal. Setiap orang mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Akan kucintai mas Isal dengan sepenuh jiwa, karena aku berharap akan perasaan yang sama darinya. Mudah-mudahan berkah dan ridho Allah SWT selalu menyertai keluarga yang mengusahakan sakinah mawaddah warahmah.

 

 

 

4 komentar untuk "STRESSFUL HUSBAND!"

IISTEACHER 28 Januari 2023 pukul 13.51 Hapus Komentar
Good job Bu ... Penulis novel beraksi 😄
Widayanti Rose 28 Januari 2023 pukul 15.17 Hapus Komentar
Akan kucintai suamiku juga apapun keadaannya sebagai bentuk pengabdian dan pengampunanku pada Tuhan.

Suka pada kisah ini
Muhajir Syam 28 Januari 2023 pukul 15.29 Hapus Komentar
Mantap Bumil, semoga semua proses yg kita upayakan selalu bermanfaat untuk semua.
Cocokpedia Queen Zeva 28 Januari 2023 pukul 17.38 Hapus Komentar
hajar