Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mata Hati

Lagu Mencintaimu (Krisdayanti)

https://music.youtube.com/watch?v=y2pca3RdtRI


 https://music.youtube.com/watch?v=y2pca3RdtRI&feature=shareya

"Sebentar lagi Anda akan buta."

"Saya harus bagaimana, Dok! Apa yang harus saya lakukan?"

" Hem, tak ada lagi yang bisa dilakukan, Bu Aini. "

Aku diam termenung di taman ini. Taman yang selalu kudatangi jika sedang sedih.

Layar gawaiku tak berkedip. Centang satu.

"Mengapa tak kau jawab, Mas. " 

Duniaku terasa gelap. Aku seorang guru yang sangat aktif. Tulang punggung keluarga. Apakah aku tak mempunyai suami? Tentu saja ada. Tak perlu kuceritakan apa peran dia sebagai suami.

Malam ini aktifitas telah usai kukerjakan. Semuanya telah rapih. Makanan untuk besok telah siap. Sebelum berangkat mengajar sarapan akan tersedia di atas meja. 

Sedih kembali menggayut. Menatap nanar pada lemari buku yang berjajar rapi.

" Besok kalian akan berpisah dariku. Buku yang telah kukumpulkan satu persatu. Perburuan tiada henti. Buram, tak bisa lagi membacamu."

Terisak lirih. Menahan raungan dalam dada. Menatap buram wajah anakku yang tertidur dengan pulas.

Berjalan terhuyung berputar dalam gelap ruang tamu. Laptop masih menyala, berkedip lemah. Huruf yang tertera di layar sangat besar. Bahkan font 36 gak mampu terbaca lagi.

Teringat kemarin di kelas, " Maaf anak-anak tuliskan nilai kalian di buku nilai ibu ya. Maaf ibu tak mampu melihatnya." 

Naluriku yang menuntunku tetap mengajar. Tersenyum bagai tak ada apapun. Duniaku hancur. Apalah arti hidupku tanpa mata yang sehat. Bagaimana aku melihat muridku? Bagaimana aku menulis novel-novelku.

Jam berdetik lirih. Jam 02.09. Kubuka pintu rumah.  Perasaan takut itu telah hilang. Gelap apakah menakutkan? 

"Ya Allah aku ketakutan. Bagaimana aku mencari nafkah jika mataku tak mampu melihat?" 

Suara sepeda motor butut terdengar masuk di halaman rumah.

Tanpa sapaan akrab, menatap dengan dingin. Melewatiku tanpa bertanya. Mungkin terbiasa dengan sikapku yang seperti orang aneh. 

 Entah mengapa aku bisa mencintainya? Ah dulu dia tak begitu. Sangat sayang dan peduli. Sekarang walau aku kecapekan mengerjakan pekerjaan rumah ataupun pulang ke rumah larut malam karena bekerja mencari nafkah tambahan . Cuek aja. Aku sadar ini semua salahku. Harusnya aku pura-pura jadi wanita lemah. Minta diantarkan kemana-mana. Tak punya keahlian menulis, menerapi pasien ataupun mengajar. Meminta uang setiap saat. Merawat tubuhku dengan baik. Tidak sok jadi wanita super women. 

" Mas, aku tadi dari dokter."

Dia melihat televisi dengan cuek tanpa menyahut.

"Mas." Aku mendesah lirih.

Dia menatapku sebentar lalu melanjutkan menatap serius ke layar gawainya.

" Aku didiagnosis akan buta."

Menatapku sejenak.

" Ya periksalah!"

Ketus. 

Ya Allah mungkin aku yang  terlalu  berharap. Ingin dipeluk atau dihibur.

Aku menangis terisak.

Dia memalingkan matanya.

"Huh pulang ke rumah, disuguhi drama pula."

Dia memeluk bantal lalu menyurukkan kepala ke badan anakku yang tidur pulas.

Aku bangkit lemah. Menyeret kakiku ke kamar mandi. Mengambil air wudhu lalu meneruskan munajatku.

"Ya Allah buatlah hatiku ridho dengan segala rencana indahmu. Aku akan menghabiskan waktu yang tersisa ini dengan baik. Akan kutulis cerita indah agar orang yang membaca akan terkenang dengan tulisanku yang memotivasi, menguatkan jiwa yang rapuh. Jika saatnya tiba. Aku tak mampu melihat dunia . Izinkan untuk mampu tetap mendapatkan cintamu. Penuhi dadaku dengan cintaMu hingga tak ada lagi tempat tersisa untuk galau karena tak mendapatkan cinta dari makhlukMu yang fana."

Kusujud dalam diam. Sujud yang sangat syahdu pada malam pergantian tahun ini.

Posting Komentar untuk "Mata Hati "