Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

My dear daughter, Mother Love You

 

"Don't force me, Mom! he shouted with burning eyes. "I'm angry, I want to change schools, just move. My friend is evil." Again? Managing a new school again? My thoughts are tangled like tangled threads. O Allah, when will this suffering end? Both of my children have their own problems. My first daughter, Dewi, is beautiful and smart, but gets angry very easily. Just a little feeling offended, cranky and tantrums.

   Semua usaha sudah kulakukan, berobat ke dokter syaraf, yang mendiagnosa terjadi penyempitan pembuluh darah akibat jatuh. Pergi ke ahli pijat syaraf, psikolog, bahkan ke ustadz yang ahli meruqyah. Semua sekan tiada hasil. Apa harus kuturuti keinginannya untuk pindah sekolah? Bagaimana caranya untuk antar jemput mereka berdua? Sedang tempatku mengajar sangat jauh. Mudah-mudahan ini sekolah terakhirnya. Sebelum memutuskan untuk masuk ke perguruan tinggi. Aku tidak mungkin mengharap bantuan tenaga dari suamiku yang bekerja di luar kota.

Putri keduaku bernama Sarah,  sangat manis dan lembut perasaannya. Mempunyai diagnosa keterbelakangan mental dan intelektual. Seakan dia tahu keruwetan hatiku menghadapi watak kakaknya. Setiap datang dari sekolah, dan menjemput Dewi, maka Sarah akan lari tergopoh-gopoh mengambil tasku. Memijat kepalaku. Menatapku dengan penuh cinta.

“Sarah mau nunggu, Mak tidak capek kan? Kalau sudah hilang capeknya, Tolong dibuatkan Telor ceplok ya, Mak?” Pintanya dengan lembut. Sebagai gadis yang mempunyai keterbatasan, menghidupkan kompor dan memasak merupakan life skill yang harus dilatih berulang-ulang. Pelatihan yang rumit. Mudah-mudahn mak dapat mendampingimu nak, sampai kamu siap hidup mandiri. Doaku dalam hati.

Kasih sayang Sarah menyejukkanku dari panasnya kedaan ini. Oh Ya Allah, nikmat manakah yang telah kami dustakan? Terkadang perasaanku cemburu dan iri melihat anak tetangga yang sehat dan tanpa masalah berat. Apa salahku Ya Allah? Sebagai guru SD aku sudah mengabdikan hidupku untuk muridku dengan penuh dedikasi? Tetapi kedua permata hatiku begini adanya.

Untunglah teman guru di sekolah sangat nengerti keadaanku. Datang ke sekolah paling terlambat, dan pulang sekolah paling awal. Aku harus mengantar kedua anakku ke sekolah. Dewi harus diantar, karena takut terjadi ledakan emosi yang tiba-tiba. Bila itu terjadi, tidak seorangpun walau neneknya sendiri bisa memadamkannya. Dewi tidak suka dicereweti, tetapi ingin dimengerti. Hal ini tercetus pada pembicaraan kami yang kesekian kalinya. Pengertian yang sulit dilakukan kepada sifat Dewi yang sangat sulit. Dewi cenderung suka menarik diri dari pergaulan.

Belum lagi menyiapkan Sarah yang juga pergi ke sekolah, khusus untuk anak difabel. Aku ingin menyiapkannya untuk sekolah bersama anak normal lainnya, sekolah inklusi. Kapankan Sarah siap untuk itu? Aku tidak bisa menjawab dengan pasti, yang penting terus berusaha tanpa lelah.

Terkadang hati menjerit marah pada beberapa tetangga yang tidak bersyukur mempunyai anak tanpa masalah. Rewel sedikit, dimarahi. Mengapa Allah memberikan kedua putri yang sama-sama mempunyai masalah pelik. Hatiku terkadang meronta. Aku segera beristighfar. Memohon ampunanya.

Kekayaan yang paling berharga adalah perasaan bahagia

Kekayaan paling berharga adalah perasaan dibutuhkan

Kekayaan paling berharga adalah dapat menghalau nestapa dari diri

 

Kini aku mengerti bahwa kebahagiaan adalah merasa diri berarti

Saat bersujud, kubisikkan cintaku padaNya

Ya Allah kuatkan aku dalam cinta dan ridhaMU

Ya itulah yang aku lakukan saat diriku didera nestapa. Bukankah masih banyak hamba Allah yang lain yang lebih menderita. Aku hanya perlu bersabar. Menunggu.

Alhamdulillah, Dewi diterima di Akademi Keperawatan sebuah PTN di kota propinsi. Seakan tak percaya saat menjalaninya. Biaya pendidikan yang lumayan murah bisa tercapai dengan sedikit usaha. Bukankah Allah Maha baik? Beberapa komentar tetangga, yang heran dengan prestasi Dewi kujawab dengan senyum dan syukur.

Perjalanan ini tentu masih sangat panjang. Aku tak tahu apa ada aral melintang yang kuhadapi nanti. Selalu kupinta padaNya bila saat itu tiba, kekuatan untuk bertahan den terus berjalan. Kedua anakku permata hatiku. Titipan yang sangat berharga. Menapak jalan yang terjal ini terasa indah dirasa saat kuraih kedekatan denganNya. Mungkin ini sebagai sarana pelebur dosa. La haula Wa laa Quwwata Illa billah.

 

Posting Komentar untuk "My dear daughter, Mother Love You"